Merayakan Galungan di kampung Pangkung Karung Kab.Tabanan, Prov.Bali 17 Desember 2014


Saat merayakan Galungan bersama warga SARAM SAMI. Malam yang begitu dingin kuredup dalam perjalan bersama sudaraku ANOM Menuju kabupaten tabanan, kampung pangkung karun. Pada pagi hari kurang lebih pukul 7.30 kami sekeluarga bersiap-siap melangkahkan kaki menuju beberapa pura besar di dekat desa tersebut untuk melakukan persembayangan. Meurut mereka bahwa dalam perayaan galungan setiap keluarga mempunyai pengaturan pribadi dalam memilih tempat peribadatan. Di kampung pangkung karun ada 5 pura yang menjadi tempat persembayangan yakni Pura Mraja Pati, Pura Dalam, Pura Desa, Pura Mrajan Agung, Pura Panti. Kata mereka, Pura Mraja Pati adalah tempat pemujaaan untuk dewa praja pati atau dewa yama dan tempat pemujaan dewi durga. Prosesi persembayanganya sesuai dengan ajaran Hindu dengan dilengkapi perlengkapan persembayangan seperti Dupa dan Sajeng. Semua ini sudah menjadi wajib setiap umat Hindu harus membawanya pada saat persembayangan. 

Kutersanjung sempat diberikan dupa ditangaku untuk sembayang memang sungguh awalnya berat bagiku untuk melakukanya namun kupercaya pada satu bawasan yang mengatakan bahwa INDAHNYA KEHIDUPAN INI BILA DIPANDANG DENGAN HATI. Aku bangga dan bahagia dapat berbagi kebahagiaan bersama warga setempat dengan berdiskusi tentang hal-hal positif dalam sosial kehidupan beragama disini. Betapa indahnya tempat ini ketika kumenatap jau ke ujung kampung di sudut-sudut lingkungan semuanya pada bersih dan tertata rapi. Maka timbula sebua tanggapan yang mucnul dari pikrianku untuk menanyakan seorang warga setempat katanya, kita semua warga disini selalu merasa bertanggung jawab dalam kebersihan lingkungan kita pastikan bahwa kita selalu berada dalam kebersihan sebab kita selalu di kontrol oleh pemerintah kampung. 

Sesaat kemudian ketika balik dari tempat persembayangan terdengar dari sudut-sudut rumah alunan khas musik rohani Hindu membuatku terdiam sebentar dan melirik sambil mengenan wow betapa indahnya alunan musik ini mengantarkan pengingatanku pada lagu-lagu natal di kampung halamanku (KLABEN, KAB.SORONG), suasananya bertepatan dengan bulan Desember tahun 2014. Perayaan hari Galungan selalu di lakukan setiap setahun sekali bagi umat Hindu. Hari-hari raya terbesar bagi agama hindu adalah Galungan, Kuningan dan Nyepi. Dalam perayaan persambayangan diwajibkan untuk memakai kamen pakaian dan kain yang berwaran putih. Persembayangan ini dihadiri ole laki-laki permpuan yakni orang-orang tua, Muda-mudi dan anak-anak. Sebua persahabatan dan pertumbuhan keluarga yang begitu akrap dan indah kujumpai di tempat ini bersama orang Bali. 

Setelah kumelalui semua ritual persembayangan menurut Agama Hindu, ada sebua ungkapan perasaan yang tersirat dalam benaku rasanya bahwa aku telah berada dalam dua dunia. Dalam pengajaran Agama Hindu tidak berjau berbeda dengan Agamaku Kristen Prostestan dalam pemujaan kepada Dewa/Tuhan. Semua cerita telah kupelajari dalam proses persembayangan menurut kepercayaan Agama Hindu terkait budaya dan adat orang bali membuatku semakin berdewasa dan mengajarkanku untuk menjadi seorang yang luar biasa dikemudian hari akan berbagi pengelaman ini dengan orang lain. Orang bali sangat menghormati budaya, Adat dan Agama mereka. Bagi mereka budaya, adat, dan agama itu sangat penting dan patut di pertahankan dan di jaga sebaik mungkin. Ketika aku memahami lebih mendalam, ada kesamaan presepsi yang pernah kutemui bersama orang Papua, lebih khusus suku moi di Sorong.



Share:

No comments:

Post a Comment

Popular Posts

Powered by Blogger.

Recent Posts

Unordered List

  • Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit.
  • Aliquam tincidunt mauris eu risus.
  • Vestibulum auctor dapibus neque.

Pages

Theme Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.