Kehidupan ini Tidak di Ukur dengan Kepintaran

Edisi kamis, 16 Juli 2015. Selamat hari raya Idul fitri. Ada cerita terus mewarnai liburanku.

Kelebihanku adalah kekurangan kalian dan kekuranganku adalah kelebihan kalaian. Kondisi ini selalu di jumpai oleh masyarakat umum dan lokal. Kehidupan ini bukan di ukur dari kepintaran seseorang tetapi kehidupan ini memberikan ruang bagi siapapun yang akan mampu bertahan hidup dengan kemampuanya sendiri.

Ketika aku mempelajarinya ternyata ada sebua perbedaan yang harus membutuhkan pembelajaran sebab berujung pada bermacam-macam pengetahuan yang di miliki oleh setiap kita.

Walaupun sepintar apapun seseorang namun itu hanya pada bidangnya dan tentunya ia juga memiliki kekurangan pada bidang lain yang dimiliki orang lain.

Seorang bapak mengendarai sebua kenderaan yang berjalur pada angkutan umum dari Kabupaten Tabanan menuju terminal Ubung Denpasar, Bali. Saat aku menumpangi kenderaan tersebut, ada hal-hal yang aku lihat disana bahwa, dia sangat pandai mengandarai kenderaan itu sementara aku tidak tau mengemudi dan bersama itu juga ada ibu-ibu mengambil bahan jualanya untuk berjualan di pasar sambil mereka bercerita tentang strategi sistem penjualan di pasar, Ketika mereka berjualan pada pagi, siang, atau sore hari dan begitu pula pada hari- hari raya. Semuanya itu menghasilkan pendapatan yang berbeda-beda.

Ceritanya berfokus pada ilmu bisnis sementara aku tidak tau seberapa dalamnya ilmu bisnis itu sendiri dan kalaupun ada ilmu bisnis yang aku ketahui hanya sebua materi tetapi sangat beda dengan mereka karna mereka bukan belajar materi namun mereka langsung praktek di lapangan. mereka benar-benar luar biasa dengan kemampuan yang di milikinya.

Maka dengan itu, aku berpikir bahwa aku harus pelajari beberapa bagian itu untuk mengisi kekuranganku dan begitupulah merekapun demikian.

Semoga ceritaku menginspirasi kalian semua pembaca-pembaca hebat dan kukagumi betapa banyak kemampuanmu yang tak kuketahui.

Share: